Surat Kedua
7:26:00 AMRabu, 18 Desember 2013
10:12 PM (sambil melirik ke arah jam di laptop tua)
Dear Bo,
Seperti janji yang aku torehkan pada surat sebelumnya, aku akan menghidupkan akun ini untuk kamu nikmati. Meskipun aku tahu, pada fase setelah membaca, kamu akan muntah. Iya, muntah, karena aku pasti menuliskan kata-kata yang payah.
Ya mungkin selain payah, aku pun tidak romantis. Anyway, lanjut saja ke tahapan berikutnya.
Setelah menghabiskan mi instan, aku memberanikan diri untuk menulis ini. Entah kenapa, kamu juga memberikan semangat untuk aku menulis. Jadi, belajar mandiri, tapi aku tahu kamu diam-diam memperhatikan, atau ekspektasi aku yang berlebihan?
Hari ini, seperti yang pernah aku ceritakan di aplikasi chatting pada ponsel genggam, ternyata di balik gedung pencakar langit yang angkuh masih banyak sisi yang bisa di kupas. Masih ada pemukiman warga dengan segala kesederhanaanya. Sayup-sayup aku mendengar anak-anak mengaji dari balik rumah, tapi entah apa aku bisa sebut rumah. Bangunan seperti rumah memiliki tiga tingkat ini hanya aku lihat sekilas.
Selain itu, anak-anak yang hilir mudik bermain dan bersenda gurau. Ah, kamu tahu aku telah memiliki pengelihatan yang payah, jadi suasana yang aku lihat, tidak bisa semua tertuang disini. Tapi nanti akan aku coba mengakrabkan diri dengan tempat persinggahan si merah.
Jangan senyum-senyum ya bacanya.
Salam dari wanita penunggang kuda besi,
Dalilla U'zma Kaspuri
0 comments